CILEUNYI. KIM Desa Cinunuk. Desa Cibiruwetan salah satu dari 6 desa di Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung yang merupakan desa mandiri ini telah melakukan sejumlah gebrakan dan program untuk kepentingan masyarakatnya. Salah satu programnya yakni, "Sakola Desa". Meski bagi masyarakat luar Kecamatan Cileunyi asing mendengarnya, tapi keberadaan Sakola Desa yang programnya digagas Kades Cibiruwetan, Hadian Supriatna bersama lembaga desanya, bagi warga Cibiruwetan dan sekitarnya barangkali mengetahuinya. "Wadah ini merupakan sarana belajar bersama dalam menimba ilmu dan berbagi pengalaman untuk diterapkan didalam kehidupan sehari hari ditengah-tengah masyarakat. Di Sakola Desa bisa dibahas berbagai ilmu dan persoalan," kata Hadian Supriatna Rabu (28-4-2021). Seperti gelaran Sakola Desa bertempat di saung desa, pinggir Kantor Desa Cibiruwetan, Senin (26/4/2021) malam. Materi yang disampaikan dan dibahas terkait "pengadaan barang dan jasa di desa". Dalam membahas materi ini, Hadian Supriatna, orang nomor 1 di Desa Cibiruwetan yang juga Ketua Apdesi Kecamatan Cileunyi ini tampil jadi nara sumber. Para peserta Sakola Desa ala Desa Cibiruwetan ini berasal dari perangkat desa, anggota BPD, anggota LPM, Karang Taruna, kader PKK dan Ketua RW 11 serta Ketua RT. Termasuk ada sejumlah peserta dari Desa Cinunuk, tetangga dekat Desa Cibiruwetan turut juga menimba ilmu. "Materi yang dibahas di sakola desa Senin malam itu terkait "pengadaan barang dan jasa di desa". Ini perlu disampaikan dan dibahas agar peserta sakola desa tahu bagaimana mengelola serta mengatur tata cara pengadaan barang dan jasa di desa," terangnya. Diungkapkan Hadian, keberadaan sakola desa ini merupakan sarana belajar bersama dalam menimba ilmu dan berbagi pengalaman untuk diterapkan didalam kehidupan sehari hari ditengah masyarakat. Di Sakola Desa kata Hadian bisa dibahas berbagai ilmu dan persoalan.
"Keberadaan Sakola Desa prinsipnya untuk belajar bersama dan berperan setara. Setiap orang adalah pembelajar (siswa), sekaligus sumber belajar (naras umber),"ungkap Hadian. Menurut mantan tenaga ahli di Kemendes PDTT ini, sudah tak terhitung sudah berapa kali keberadaan Sakola Desa ini difungsikan untuk jadi sarana dilaturakhmi, menimba ilmu, sharing dan dialog berbagai persoalan baik ekonomi, sosial, budaya, agama, kemasyarakatan, wisata dan lainnya. "Dalam menyajikan dan membahas salah satu materi di sakola desa, kita kerap juga mendatangkan nara sumber yang "qualified" dibidanya dengan sukarela alias tanpa bayaran. Berharap ke depan keberadaan sakola desa ini tetap eksis, ada greget dan terus berkembang seiring bidikan Desa Cibiruwetan menuju desa digital," harap Hadian. (KIM)