CINUNUK. KIM Desa Cinunuk. Desa Cinunuk, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung ternyata bukan isapan jempol belaka jika di kawasan ini menyimpan segudang seni budaya tradisional warisan leluhur. Sehingga layak desa ini masuk di jajaran 10 desa wisata di Kabupaten Bandung.
Seni budaya tradisional itu di antaranya, reak, kuda lumping, wayang golek, dogdog dan bajidoran, dan yang tak kalah populer adalah seni benjang pun. Seni yang nyaris sama dengan gulat dan judo khas wilayah Ujungberung dan sekitarnya, khususnya di Desa Cinunuk saat ini masih eksis. Banyak penikmatnya dan ada yang terus melestarikan serta mengembangkannya.
Seni benjang yang diawali ngigel sebelum duel diiiringi musik khas kempring, kemprang, kemprung 2, terompet, kendang dan kecrek, ternyata di Cinunuk masih eksis dan banyak dinikmati masyarakat sebagai hiburan dan ajang silaturakhmi murah, meriah dan bermakna.
Apalagi, jika duel dua patandang sudah dimulai dengan tetap diiringi musik khas dan dipimpin wasit. Diatas "ring" atau panggung keduanya mulai saling piting, saling dengkek (mengunci dengan tangan), beulit (kuncian dengan kaki), saling banting dan lainnya adalah jurus-jurus yang diperagakan dalam seni benjang.
Kedua patandang tetap menjunjung tinggi sprotivitas, akan mengaku kalah jika ia dibanting atau dikunci, tak ada dendam tak ada sakit hati antara keduanya. Sebab saat turun ke lapangan, dimulai dengan tantangan dan persetujuan keduanya. Habis duel di arena, salaman dan silaturahmi dilakukan dan penontonpun puas menikmati tontonan "kaum lelaki" sekaligus jadi hiburan.
Seperti terekam dalam pagelaran benjang di Kampung Cibolerang RW 09, Desa Cinunuk dalam raraga peringatan HUT ke-77 RI, Sabtu (17/9/2022) malam, pagelaran benjang menyedot perhatian khalayak untuk menonton, tak kalah dengan goyangan penyanyi dangdut di organ tunggal. Kades Cinunuk Edi Juarsa bersama Istri didampingi Bhabinkamtibmas Aipda Heri Maryadi, Babinsa Serda Rahmat Akili dan Ketua RW 09 Abun selaku penyelengara pagelaran benjang terlihat menikmati seni tersebut.
Sesekali mereka terkesima melihat jurus-jurus yang dilakukan para patandang di arena. Tontonan olah raga antarlelaki ini benar-benar dinikmati. Bahkan sebelum pagelaran benjang dimulai, mereka kompak "ngigel" di panggung berukuran 6×8 meter beralaskan matras yang telah disiapkan untuk benjang layaknya arena untuk judo atau gulat.
"Jujur, saya reueus dan reugreug ternyata seni benjang masih eksis dan banyak penikmatnya. Terima kasih kepada Ketua RW 09 yang telah menggelar benjang dalam upaya melestarikan dan mengembangkan seni ini," kata Edi Juarsa kepada KIM Desa Cinunuk saat asyik menonton pagelaran benjang tersebut.
Menurut Edi Juarsa, jika melihat sejarah, seni benjang cikal bakalnya dari Desa Cinunuk, atau tepatnya dari Kampung Gedong, Cibiru saat Desa Cinunuk masih masuk Kecamatan Ujungberung. "Benjang ini muncul takkala Alm. Rd Hasan Dikarta, seorang tokoh dan pemilik lahan pertanian masih jumeneng kerap menggelar benjang di tanah atau di atas hamparan jerami. Ini pun jika tidak salah.
"Yang pasti jika melihat sejarah, cikal bakal benjang dari Cinunuk, lalu menebar hampir ke seluruh wilayah Ujungberung dan sekitarnya,"terang Edi. Diungkapkan Edi Juarsa, terlepas dari asal usul atau cikal bakal seni benjang, pihaknya sangat berharap seni ini terus dilestarikan, tetap eksis dan dikembangkan.
"Dalam seni benjang ada pesan moral selain olah raga dan budaya. Selain jadi sarana silaturakhmi, benjang pun jadi hiburan murah meriah," ucap Edi. Hal senada dilontarkan Bhabinkamtibmas Aipda Heri Maryadi dan Babinsa Serda Rahmat Akili. Keduanya sepakat dengan pernyataan Kades Cinunuk jika seni benjang dan seni tradisional lainnya di Desa Cinunuk dilestarikan, sekaligus dikembangkan.
Seni reak Juarta sudah mendunia dan makalangan di negara deungeun Denmark. Benjang pun harus tetap dilestarikan dan dikembangkan. Mari kita sama-sama melestarikan, sekaligus mengembangkan seni-seni tradisional warisan leluhur di Desa Cinunuk, termasuk benjang. Bukankan Desa Cinunuk desa wisata dan punya kampung seni," tutup Heri Maryadi.
Seni benjang memiliki perbedaannya dari masing-masing daerah. Seperti di Ujungberung benjang yang sering diselenggarakan yakni benjang heleran atau benjang arak-arakan. Sedangkan di daerah Kampung Cibolerang, Desa Cinunuk, benjang yang sering diselenggarakan yakni benjang gulat atau bela diri.
Benjang gulat merupakan suatu seni bela diri tradisional yang memiliki ciri khas unik dibanding yang lainnya. Berbeda dengan pencak silat yang pertarungannya saling berjauhan, dalam benjang gulat, para pemain diharuskan merapat seperti dalam gulat. Selain itu, dalam kesenian benjang gulat ini memiliki beberapa teknik dalam pertarungannya.
Keistimewaan dari dari benjang gulat ini mempunyai beragam jenis teknik atau jurus seperti teknik dengkek (menjepit leher), teknik ngangkat (mengangkat tubuh lawan), dan teknik beulit (membelit kaki lawan dengan kaki kita). (KIM).